Aquasprite Theme Demo

Lemahnya Imanku

31 March 2009 , Posted by Syaheed at Tuesday, March 31, 2009


"Sesungguhnya seseorang telah bertanya kepada Rasulullah saw, apakah iman itu. Baginda menjawab, 'Apabila kebaikanmu menggembirakanmu dan keburukanmu menyusahkanmu, maka engkau dalam keadaan mukmin.' Dia bertanya lagi, 'Ya Rasulullah, lalu apakah dosa itu?' Beliau menjawab, 'Apabila sesuatu berserabut dalam hatimu, maka tinggalkanlah ia.'" (HR. Thabrani, Ahmad, dan Nasa'i).

Rasulullah adalah guru dan pendidik kepada semua manusia. Pertanyaan dari siapapun pasti dijawab dengan sungguh-sungguh. Hebatnya, setiap jawabannya selalu menepati dengan keinginan orang yang bertanya.

Pada hadits di atas Rasulullah memberikan jawaban yang tepat sekali. Iman yang merupakan pekerjaan hati diungkapkan Rasulullah dengan sederhana sekali, yaitu bila suatu kebaikan menjadikan seseorang gembira dan keburukan menjadikannya susah, maka orang tersebut dapat digolongkan beriman.

Dengan jawaban ini semua orang mampu mengukur dirinya sendiri. Setiap muslim dapat mengetahui, apakah sekarang keadaan imannya sedang naik atau turun. Jika berkali-kali melakukan kesalahan tetap merasa aman-aman saja, itu adalah ukuran iman berada di ambang bahaya. Orang yang melakukan kesalahan akan segera beristighfar, bertaubat, kemudian memperbaiki diri. Suatu hari mungkin saja ada perasaan berat untuk melaksanakan kebaikan. Ibadah terasa berat, membaca al- Qur'an menjadi mudah ngantuk, sementara jika kita tengok TV tahan berjam-jam. Ketika datang waktu solat, disambutnya dengan malas-malas. Waktunya kita tangguh-tangguh hingga waktu solat hamper tamat. Bila keaadaan macam tu,mulalah konsentrasi jadi berkurang, persiapan seadanya, dan waktu solat dipersingkat. Selesai solat terus pergi, tanpa berzikir dan solat sunat. Jujur saya katakan bahawa kita semua pasti pernah mengalaminya.

Itulah IMAN. Ada saatnya pasang, ada waktunya turun. Ketika iman sedang naik,semua kebaikan menjadi mudah dan ringan. Sebaliknya, ketika iman sedang surut dan menurun, semua ibadah menjadi susah.ALLAHUAKBAR .Setiap muslim diwajibkan untuk selalu mengoreksi dan muhasabah dirinya sendiri (self correcting). Menghisab segala amal yang dikerjakan dalam seharian merupakan keharusan yang tak boleh diabaikan. Rasulullah berpesan, "Periksalah dirimu sebelum diperiksa (Allah di hari qiamat)."

Rasulullah memberikan ukuran yang sangat sederhana, 'anda tetap tercatat sebagai mukmin jika kebaikan menjadikan anda senang dan keburukan menjadikan anda susah.'Ciri mukmin adalah mencintai kebaikan dan membenci keburukan, apapun jenisnya, berat atau ringan. Seorang muslim tentu berusaha sekuat tenaga untuk menghindari yang haram, juga yang makruh, termasuk yang syubhat. Bila belum nyata kehalalannya, ia tak gelabah melakukannya, sebab ada perasaan dosa yang selalu menghantuinya. Bila tidak demikian, boleh dipertanyakan keimanannya. Mungkin sedang turun atau sedang menghilang. Ada dialog menarik antara murid dan ustaznya. Seorang murid bertanya, kenapa ustaz merokok.Sang ustaz dengan tenang menjawab, rokok itu tidak haram, hanya makruh saja. Kembali si murid bertanya, 'bukankah makruh itu ertinya dibenci?' Untuk pertanyaan yang satu ini sang ustaz tidak memberikan jawaban. Si murid yang pintar ini sungguh benar. Semestinya semua pekerjaan yang mengundang

kebencian Tuhan harus dihindari, sekecil apapun perbuatan itu. Merokok adalah contoh sederhananya. Jika jelas-jelas makruh, kenapa tetap digemari? Rasulullah bersabda:"Jangan memandang kecil kesalahan (dosa) tetapi pandanglah kepada siapa yang kamu durhakai." (HR. Ath-Thusi).

Seorang muslim yang jujur dan beriman punya keistimewaan, iaitu memiliki perasaansuka bila diberi kekuatan melaksanakan kebaikan, tapi sebaliknya merasa bersalah dan sempit dadanya bila melakukan pelanggaran. Ia memandang pelanggaran sebagai suatu kedurhakaan dan pengkhianatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Kerananya bila telanjur melakukannya, ia segera bertaubat dan berjanji tidak akan mengulanginya. Allah berfirman:"Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri,mereka ingat kepada Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka. Dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain Allah? Dan, mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui." (QS. Ali Imraan: 135).

Ada perbezaan antara orang beriman dan orang yang ahli berbuat dosa. Orang beriman memandang dosa sebagai sesuatu yang besar, sedang fajir (tukang dosa) memandang kecil saja. Rasulullah bersabda, "Seorang mukmin melihat dosa-dosanya seperti gunung yang ditakutkan akan menimpanya, dan seorang yang berbuat dosa (fajir) melihat dosa-dosanya seperti seekor lalat yang menghinggap di hidungnya, lalu ia berkata, 'Biarkanlah,' sambil mengibaskan tangan (untuk mengusirnya) lalu lalat itupun terbang." (HR. Bukhari).

Di mana posisi kita?

~Berjuang,berjuang & terus berjuang~

Currently have 1 comments:

  1. Anonymous says:

    salam. mintak copy sikit. tq.